Sebuah Jurnal

Late post : Tahun Baruan di Kuala Lumpur (Day 1)

Holaa..kembali lagi nge­blog *bukan blogger yang baik, jadi jangan ditiru ya*
Kali ini saya mau berbagi tentang liburan tahun baru tempo hari (iya, gara- gara malas, postingan tertunda hingga hari ini) dan juga sedikiiit informasi bagi teman- teman pembaca yang ingin berlibur hemat ke negeri tetangga, tepatnya Kuala Lumpur. Meski saya sendiri nggak yakin apakah ini yang sudah paling hemat atau masih ada yang lebih hemat, tapi yah..nggak apa- apalah. He he.. Sharing is caring, right? Let’s start….

Sebagai pemburu diskon, tidak hanya pakaian atau buku saja yang saya cari. Tetapi tiket pesawat juga. Untuk liburan tahun baru, menggunakan jasa maskapai Air Asia, maka berangkatlah saya, Mama, dan adik saya pada 31 Desember 2014 lalu. Dengan dua juta rupiah, dapat tiga lembar tiket plus kembalian uang dua puluh ribu perak. Untuk ukuran high season, cari di mana tiket semurah itu? Belinya? Kira- kira delapan atau sepuluh bulan sebelum hari H. Nah.

Liburan pun tiba. Pagi itu kami diantar oleh Papa, berangkat lebih awal ke bandara. Takutnya masih padat kan atau ada perubahan jadwal, berabe kalau ketinggalan pesawat. Jalanan lempang dan tidak macet sehingga kecepatan sampai di bandara. Sekitar pukul setengah sembilan pagi sudah di Kuala Namu International Airport, sedangkan boardingnya jam sebelas siang.

Ya sudahlah, menunggu dengan santai di bandara. Sambil selfie, jalan- jalan, nongkrongin Periplus, hingga contact-an dengan sepupu saya yang juga sama- sama berangkat ke KL, hanya saja mereka berangkat dari Pekanbaru. Nanti baru ketemuan di sana.

Suasana di bandara tidak ramai. Saya rasa mungkin sudah pada berangkat ya. Ternyata sampai di waiting room, padat coy. Maka kami duduk lagi dengan sabar menunggu giliran boarding.

Jam menunjukkan pukul 11:20 saat boarding. Asyik! Karena jarak tempuh yang tidak terlalu jauh, waktu lebih kurang satu jam terasa cepat berlalu. Pukul 13:25 pesawat mendarat di KLIA (Kuala Lumpur International Airport) 2. 

Welcome to Malaysia :DD

Ini kali pertama saya mendarat di KLIA2, bandara yang katanya jauh lebih besar dari KLIA. Dan memang benar. Jalan menuju ke bagian imigrasi saja sekitar satu jam kalau saya tidak salah. Tapi tenang saja, ada bangku yang tersedia apabila kecapaian dan ingin istirahat sebentar.
antrian di bagian imigrasi
Setelah jalan sana sini, naik eskalator dan sebagainya, kami tiba di bagian imigrasi. Antrian membludak. Wew. Kembali sabar mengantri. Prosesnya tidak ribet dan cepat. Saatnya menunggu pesawat dari Pekanbaru mendarat. Kami tiba duluan karena pesawat mereka delay.

Adik dan sepupu saya membeli kartu perdana untuk internetan. Saya sebagai kakak yang baik hanya numpang pakai *yang ini juga lebih baik jangan ditiru..hihi..* Pakai kartu Digi, harganya RM 26 , dapat paket data sebesar 700MB, pulsanya dapat berapa saya lupa, bisa untuk teleponan beberapa kali.
tempat yang disediakan untuk menunggu penumpang yang akan tiba
Sebelum melanjutkan perjalanan ke pusat kota, kami mampir dulu untuk makan di KFC karena belum makan siang dan perut sudah protes minta diisi. Dua set meal seharga RM 31,50 (terdiri dari mashed potato, Sjora,dua cup nasi, dan empat potong ayam) sudah bikin kenyang.
Mari melanjutkan perjalanan ^^
Untuk mencapai arena transportasi, kami harus turun satu lantai. KFC dan toko- toko lain berada di lantai 2, sedangkan loket bus berada di lantai 1. Kami memilih transportasi dengan bus karena ini yang paling murah juga nyaman, hanya RM 10 per orang (update sekarang sudah naik jadi RM 12.00 per orang). Turunnya di KL Sentral.
suasana di lantai 2, bagian kedatangan
pintu keluar menuju parkiran bus

naik bus ini
Cuaca yang cerah berubah menjadi mendung kemudian turun hujan saat sudah hampir tiba di KL Sentral. Yah, sayang sekali. Semoga malamnya tidak hujan. Tiba di KL Sentral, jalan lurus saja hingga keluar dari terminal bus. Di luar terminal, akan terlihat beberapa taksi yang sedang mangkal di sana. Sementara yang lain memilih menaiki taksi, saya berdua adik saya memilih untuk naik monorel. Kata supir taksi yang mangkal di sana, stasiun monorel masih jauh. Sudah tidak tahu di mana loketnya, nekat pula. Ha ha. Berbekal payung lipat yang saya bawa dari rumah (pengalaman mengajarkan saya untuk selalu membawa payung kalau hendak berpergian), kami menyeberangi jalan setelah berjanji akan langsung ke hotel tempat kami menginap.

tebak ini di mana? di dalam eskalator menuju stasiun
Ternyata dekat sekali dengan stasiun monorel. Dari pangkalan taksi, di seberang akan kelihatan sebuah gedung (saya lupa namanya), dan ada eskalator di sana. Naik saja dan kita akan tiba di stasiun monorel. Penat dan lelah rasanya lenyap saat tiba di stasiun. Ini stasiun? Andai saja di Medan stasiunnya bisa sepersepuluh dari ini cantiknya, alangkah bagusnya. Berikut ini suasana di stasiun monorel dan loketnya :
di dalam stasiun
stasiun yang bersih dan nyaman
loket tempat membeli token
kalau tidak mau beli di loket, bisa juga nih beli token melalui mesin ini
scan token di bagian itu agar pembatas terbuka
suasana di platform tempat kami menunggu monorel

Cantik, kan? Oke, kembali ke topik. Karena kami menginap di daerah Bukit Bintang (BB), maka monorel yang kami tumpangi berhenti di stasiun monorel Bukit Bintang. Harga tokennya terjangkau, RM 2,10. Dan…monorel ramai sekali. Saat itu sudah pukul enam sore. Saya yang menenteng ransel terpaksa berdesakan karena tidak mau menunggu untuk ikut kereta selanjutnya.
Di dalam monorel tertera rute dan wilayah perhentian monorel. Berhubung saya dan adik saya tidak tahu arahnya dari KL Sentral ke kiri atau ke kanan juga tidak tahu jalan, jadi kami menghitung saja. Kebetulan stasiun monorel BB berada di tengah, jadinya di perhentian ke-5, baru kami turun.
Turun dari monorel, masukkan token, kemudian turun dari tangga di sebelah kanan. Masuk gang kiri (kalau ke sebelah kanan arah ke jalan raya). Ikuti plang petunjuk ke Jalan Alor. Gang yang dimaksud di sini bukan gang seperti gang rumahan, tetapi jalur yang dibuat khusus untuk lalu lalang pejalan kaki karena sedang ada pembangunan di daerah BB.
Saya menginap di Greenland Hotel, tarifnya RM 98 per malam (high season) dan RM 88 per malam (low season). Kamarnya tidak luas namun murah mengingat lokasinya yang strategis.
Tak terasa sudah pukul delapan lewat. Padahal baru istirahat dan berbenah sejenak. Saatnya malam tahun baruan ^^
Saat malam, Jalan Alor yang merupakan kawasan penjaja kuliner dipenuhi oleh pengunjung. Apalagi malam ini malam tahun baruan, ramainya dobel dobel. Beraneka ragam kuliner dapat kita jumpai di sini, dimulai dari es krim, masakan Melayu, Chinese, Vietnam, dan masih banyak lagi. Bagi yang suka Lok- Lok, daerah ini cocok untuk berburu Lok- Lok.
Fat Brother Satay


Melihat aneka macam sate yang tersaji di Fat Brother Satay membuat saya lupa dengan diet telur burung puyuh. Lupakan kolestrol dan masuklah satu tusuk telur burung puyuh goreng (sayang rasanya kalau hanya direbus) ke dalam pesanan saya.
RM 7,50 dapat tiga tusuk ini
Masih geli- geli saja alias belum kenyang, kami lanjut ke bagian makanan berat. Pilihan jatuh ke curry noodle. Nama kiosnya Alor Corner Curry Noodle. Lidah saya kurang terbiasa sih saat makan. Kata Mama dan Tante saya fish ball soupnya enak. Mereka sampai balik ke sana lagi beberapa hari kemudiannya.
Cukup dulu wisata kulinernya. Tujuan selanjutnya: Pavilion. Saya belum pernah ke sini sebelumnya. Praktis tidak tahu jalan. Papa sih sudah kasih tahu jalan pintas ke sana, tapi yah….tahu kan saya yang pelupa? Ha ha.. Jadilah kami muter- muter. Untungnya ketemu meski lewat jalan belakang.
sampai pada duduk di tangga
Di sinilah pusatnya. Ramainya pakai banget. Tripel- tripel deh dibandingkan di Jalan Alor tadi. Mau jalan saja desak- desakkan. Tangganya penuh diduduki orang. Tapi memang keren sih dekorasi Natalnya. Sebenarnya mau ke Tokyo Street yang terkenal itu, tapi lagi- lagi nyasar dan semua sudah pada minta balik, jadilah main ke Tokyo Streetnya ditunda.
Di KL tidak seperti Medan yang ramai dipenuhi suara mercon pada malam tahun baru. Di sana  ‘tradisinya’ pakai spray. Kocok botolnya dan semprotkan. Di jalanan banyak sekali yang jual. Saya tidak beli, hanya jadi korban alias disemprot oleh pejalan kaki yang memegang botol di tangan mereka. Seru juga sih. Beda saja rasanya. He he..
Tidak asyik rasanya melewati pergantian tahun dengan berdiam di hotel. Adik saya sih sudah keliling lagi. Maka saya dan sepupu saya berkeliling juga. Rencana mau nyusul adik saya, tapi karena nggak ket
emu, ya sudah kami keliling- keliling di sekitar BB.
Puncaknya ketika sampai di Changkat Bukit Bintang. Saat itu hampir teng jam dua belas, saya bertanya kepada kakak sepupu saya, “ci, di sini ga tren ya main mercon atau kembang api gitu? Adem bener.”
Dan….dhuaaarrrr……
Kembang api itu menyala. Di langit di atas kepala saya. Saya bengong sebentar, kemudian merunduk takut kena *dasar bodoh, begitu tinggi mana mungkin ya sampai di kepala saya..ha ha..* Tidak berlebihan tapi mewakili tahun yang telah berganti saat itu. Selamat Tahun Baru ^^
Begitulah saya melewati pergantian tahun baru. Badan juga sudah capek, saatnya kembali ke hotel dan beristirahat. Sampai jumpa di postingan selanjutnya di hari kedua J

*Foto oleh : Senjaya Lin*

Gelembung kini hadir di Youtube. Intip video seputar transportasi dari KLIA2 ke kota di sini ya :
YOUTUBE GELEMBUNGCERITA

Intip juga perjalanan seru ke Putrajaya dalam postingan Futuristic Putrajaya(klik untuk melihat)
Be First to Post Comment !
Post a Comment