Sebuah Jurnal

Borobudur Setelah Enam Tahun Penantian


Borobudur selalu menempati urutan teratas dalam agenda liburan saya – yang sayangnya belum kesampaian. Kali ini, setelah enam tahun berlalu, akhirnya saya dan teman- teman bisa juga mengunjungi Candi Borobudur. Senang banget ya.

Candi Borobudur dari kejauhan 
Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah. Perjalanan ke Borobudur memakan waktu lebih lama ketimbang ke Prambanan. Hampir satu jam dari tempat kami menginap.

Sesampainya di kompleks candi, kami segera berjalan menuju loket. Loketnya dibagi dua, yaitu loket yang menjual tiket untuk wisatawan lokal dan wisatawan asing. Harga tiket masuk per orangnya Rp 30.000,- (ada tiket terusan untuk mengunjungi Candi Prambanan dan Boko, tapi kami takut tidak sempat, jadinya hanya membeli tiket masuk Candi Borobudur saja). Untuk wisatawan asing, harga tiketnya USD 25.

Kompleks Candi Borobudur ini luas sekali. Saya bahkan celingak celinguk karena Candi Borobudur tak tampak. Barulah setelah berjalan beberapa saat, candi kelihatan. *abaikan saya yang terlalu bersemangat* Kami datang pada hari biasa, hari Senin, jadi tidak terlalu ramai.


relief- relief di sepanjang lorong candi

Saya berhasil dibuat kagum dengan keindahan candi, baik dari setiap ukiran, setiap pahatan, juga nilai religius yang ada. Candi yang ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles ini tidak hanya menyajikan relief dan stupa- stupa peninggalan Dinasti Syailendra, tetapi juga keindahan alam yang terhampar sejauh mata memandang. Pemandangan Gunung Merapi serta alam yang hijau menjadi kenikmatan tersendiri. Terima kasih Tuhan atas alam indah yang Engkau sediakan untuk kami.

menikmati alam sembari mengelilingi candi


Untungnya saya pakai topi jadi panasnya tidak bikin silau dan bisa jepret- jepret dengan bebas. Pengunjung akan masuk dari sebelah Timur candi dan berjalan searah jarum jam pada setiap lorong candi (Pradaksina). Satu per satu kami kelilingi hingga mencapai puncak candi. Di bagian puncak dijumpai kupu- kupu yang berterbangan kesana kemari. Cantik deh pokoknya dan view dari puncak juga jauh lebih bagus. 
judulnya mengejar kupu- kupu

Hampir satu setengah jam kami mengelilingi candi. Setelah itu saat kami hendak keluar, kami mendengar dari pengeras suara bahwa ada Galeri Unik Seni Borobudur Indonesia dan kami pun mengikuti papan petunjuk jalan karena penasaran. Sampailah kami dan harga tiket masuknya Rp 5.000,-Isinya benda- benda peninggalan zaman kolonial, patung Budha mini, foto- foto, dan lukisan. Nggak lama di dalam, hanya sekitar dua puluh menit setelah itu kami keluar dan ya namanya cewek ya, mata nggak tahan kalau ada suvenir yang dijual. Apalagi kami ini sekumpulan cewek- cewek. Beruntung saya dapat menahan diri dengan hanya membeli satu kaos oblong, dua kaos rumahan yang kainnya agak lembut- lembut itu, dan tiga potong celana – itu pun anggap saja oleh- oleh untuk orang rumah. Ha ha..

Cobaan belum berakhir sampai di situ. Saat hendak keluar, ternyata masih ada cobaannya teman- teman, yaitu sejenis pasar suvenir. Jadi untuk keluar ke parkiran kami melewati toko- toko yang menjual beraneka cendera mata yang pastinya bikin mata lebih laper lagi. Deretannya luas juga dan kami harus putar- putar dulu barulah sampai di parkiran. Akhirnya cobaan ini berakhir. Begitu- begitu makan waktu setengah jam lebih juga sih. Kali ini kami – benar-benar – lanjut ke Gedung Merpati yang jaraknya nggak jauh dari Borobudur. Sampai jumpa di cuap- cuap selanjutnya ^^




Be First to Post Comment !
Post a Comment