Sebuah Jurnal

‘Mencicipi’ Sisa- Sisa Kolonialisme di Cafe Batavia

Tanpa persiapan apa- apa, kami – saya dan dua teman saya – langsung meluncur ke Kota Tua setelah mengisi perut di salah satu kedai pizza di Slipi Jaya. Baju belum sempat diganti dan ransel masih teronggok manis di kamar kos. Ayuk saja, kalau diajak ke Kota Tua nggak bakalan menolak. He he.

Sesampainya di sana, Museum BI sudah tutup. Karena sudah sore jam tiga lewat juga. Kami lanjut ke Lapangan Fatahillah. Suasana lapangan cukup ramai dan teman saya mengusulkan untuk mencoba nongkrong di Cafe Batavia. Kebetulan saya juga belum pernah ke sana tiap kali ke Kota Tua.


Cafe Batavia merupakan bangunan yang dulunya digunakan oleh VOC sebagai kantor administratif mereka. Perjalanan panjang kemudian membawa bangunan ini akhirnya dirombak menjadi kafe setelah berubah fungsi dari kantor administratif menjadi galeri seni sebelumnya.

Suasana lantai dasarnya



salah satu sudut di lantai dua (tidak menghadap ke arah jendela)

nongkrong tjantik sambil menikmati view Kota Tua


Jadi, nggak heran kalau di kafe ini, nuansa kolonial dan oldies-nya sangat terasa. Pada beberapa sudut dinding, teman- teman akan menemukan banyak sekali bingkai foto (dan isinya) yang terpasang. Bahkan di toilet juga. Artistik banget deh.
Pengunjungnya tidak hanya penduduk lokal, tapi turis- turis juga. Waktu itu, sedang ada live music di lantai dasar. Kami memilih lantai dua. Lantai dua lebih ramai dan meja di samping jendela sudah pada penuh. Spot­-nya bagus untuk foto dan menikmati view dari dalam kafe.
Pino d marquisa (58k)

Fabulous Pancake (80k)

Karena baru makan dan perut masih kenyang (dan juga harganya lumayan), jadi kami memesan minuman dan sepiring pancake.  Saya sendiri memesan segelas pino d marquisa. Setelah duduk dan menikmati snack kami, kami pun pulang ke kosan untuk menyiapkan perlengkapan ke Bandung subuh nanti. Malamnya baru main ke mall dekat kosan.


Nah, cakep kan si Cafe Batavia? Yang mau singgah, yuk ke Kota Tua. Alternatif transportasi selain mengendarai kendaraan sendiri, bisa dengan taksi atau taksi online. Kalau teman- teman traveller mau mencoba naik TransJakarta, seru juga. Pertama kali ke Kota Tua, kami naik Transjakarta. Jakarta sudah serba efisien, teman- teman tinggal memilih mau pakai moda transportasi apa. Selamat mencoba ^^

*seluruh harga makanan dan minuman yang tertera belum termasuk service tax 10% dan PB1 10%*
Be First to Post Comment !
Post a Comment